Iklan

Kanal Video

PJJ Akibat Omicron, Efektifkah?

Rabu, 23 Februari 2022


Oleh:  Teguh Priyanto
Guru MAN 7 Jakarta Selatan

Omicron makin mengganas dan makin merajalela di awal tahun 2022 ini. Sudah belasan ribu orang terjangkit sejak masa pembelajaran tatap muka (PTM) digulirkan pemerintah di awal semester genap ini. 

Sudah puluhan sekolah/madrasah kembali dilakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ),
setidaknya untuk sementara waktu, karena warganya terinfeksi varian terbaru dari virus corona ini. 

Lalu, akankah kita menyerah dengan keadaan ini? Akankah para guru pasrah dengan situasi yang sangat dinamis ini, dalam suatu waktu pembelajaran dapat dilakukan dengan tatap muka di ruang-
ruang kelas sekolah dan bisa dalam jeda waktu yang tidak lama, kembali pembelajaran dilakukan 
secara tatap maya atau dilakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ)? 

Adakah jurus yang bisa disiapkan 
guru menghadapi dinamika ini agar tujuan pembelajaran tetap dapat tercapai?
Sudah hampir 2 tahun pandemi Corona Virus Desease (covid)-19 menyerang negeri Indonesia ini dan telah mengubah pola hampir semua aktivitas masyarakat. 

Terjadi revolusi terhadap kehidupan 
kita. Semua menjadi berubah, termasuk pendidikan generasi muda kita. Semula ruang-ruang kelas penuh dengan siswa dan aktivitas pembelajaran, dimasa pandemi, ruang-ruang kelas hanya menjadi  ruang kosong tanpa penghuni. 

Semua beralih ke ruang-ruang maya. Pembelajaran dilakukan secara daring. Akhir tahun 2021 tren pandemi Covid-19 ini sudah menurun sangat drastis hingga sebagian besar masyarakat menyangka pandemi ini akan segera berakhir dan manusia kembali hidup normal.

Oleh karenanya pemerintah mengambil kebijakan untuk memulai kembali aktivitas pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas 100% di sekolah untuk mengejar ketertinggalan capaian pembelajaran dan 
pendidikan. 

Meski dibayang-bayangi loncakan kasus covid-19 varian omicron, pemerintah telah bulat mengambil keputusan untuk melaksanakan PTM terbatas dengan mengeluarkan SKB 4 menteri yang menjadi babak baru bagi proses pendidikan di masa pandemi ini.

Pembelajaran tatap muka ini tentu disambut dengan gembira berbagai kalangan, baik peserta, orangtua peserta didik dan guru. Inilah momen, peserta didik dan para guru, kembali dapat berinteraksi dalam kelas untuk melakukan pembelajaran yang normal, meski juga ada pembatasan interaksi dalam beberapa hal di dalam kelas. 

Ini menjadi kesempatan agar pembelajaran menjadi lebih bermakna dan lebih tujuan-tujuan pembelajaran menjadi lebih terukur.

Namun, dalam suasana pandemi yang tidak menentu ini, para guru jangan berpikir untuk melaksanakan pembelajaran secara luring saja. 

Jangan merasa bahwa pandemi ini sudah akanberakhir dan para guru merasa aman dan nyaman dengan aktivitas pembelajaran luring saja. 

Para guru hendaknya juga memasang 'kuda-kuda' pula untuk melakukan pembelajaran secara daring kembali jika amukan omicron juga menjangkau warga sekolah mengakibatkan ditutupnya aktivitaspembelajaran di sekolah, meski hanya sementara. PTM sebentar kemudian PJJ dan kembali lagi PTM. 

Begitulah siklusnya yang mengikuti situasi sekolah. Inilah kondisi yang harus dipahami oleh setiap guru yang mengajar di masa pandemi ini. 

Sebentar-sebentar berubah dan inilah dinamika yang perlu disikapi oleh setiap guru untuk memastikan setiap waktunya pembelajaran yang bermakna berjalan 
dengan baik, meski dalam PTM maupun dalam PJJ. 

Regulasi pemerintah memang demikian adanya. Bahkan di level PPKM terendah, pembelajaran bisa kembali ke PJJ dari kondisi sebelumnya PTM 100%.

Oleh karenanya, sikap 'kuda-kuda' harus senantiasa menjadi afeksi guru. Para guru siap mengeluarkan jurus-jurus yang handal agar tidak kalah dengan omicron. Agar omicron tidak mengacak-acak 
pembelajaran kita.

Idealnya para guru saat ini sudah cukup berpengalaman melaksanakan pembelajaran daring setelah 'dipaksa' sejak Covid-19 menyerang sejak pertengahan Maret 2020 atau dengan kata lainpembelajaran daring seharusnya sudah menjadi hal biasa bagi para guru dan peserta didik. 

Pembelajaran daring yang dimaksud bukanlah sekedar ceramah tatap maya (video conference), memberikan tugas berupa membaca buku, merangkum materi pada buku, atau malah hanya 
mengerjakan soal. 

Belajar dari rumah hendaknya juga membelajarkan anak agar melakukan aktivitas belajar. Oleh karenanya diperlukan jurus pembelajaran fisika yang adaptif terhadap pembelajaran 
luring sekaligus bersahabat terhadap pembelajaran daring.

Jurus yang bisa menjadi alternatif dalam pembelajaran dalam situasi yang dinamis seperti ini adalah pembelajaran berbasis modul. 

Kenapa pembelajaran menggunakan modul? Karena, modul menyajikan panduan belajar yang lebih operasional dan sesuai dengan konteks peserta didik. Modul dapat diberikan kepada peserta didik secara individual atau kelompok agar melakukan belajar inquiri, problem based learning atau proyek. 

Modul juga berisi panduan kegiatan belajar mandiri dengan serangkaian lembar kegiatan peserta didik (LKPD) yang disusun secara sistematis dan saling 
berhubungan antara satu LKPD dengan lainnya. 

Sifat modul yang self-contained, stand-alone, memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi, serta user friendly menjadi media dan sumber belajar yang tepat 
jika digunakan pada masa-masa seperti ini. 

Tepat digunakan pada saat luring dan sangat adaptif jika mendadak pembelajaran tatap muka digeser menjadi pembelajaran jarak jauh. Seluruh materi 
pelajaran tercakup semuanya dalam sebuah modul. Dapat secara mandiri dipakai oleh peserta didik. 

Dapat dengan luwes digunakan. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan. 

Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan.

Untuk dapat menyiapkan jurus ini, guru perlu mengumpulkan bahan referensi setelah sebelumnya menentukan terlebih dahulu materi yang akan dijadikan bahan untuk membuat modul. 

Selanjutnya, guru merancang modul dimulai dari menetapkan konsep pembelajaran seperti apa yang akan dijalankan, membuat outline, menetapkan ilustrasi, dan menentukan jenis evaluasi 
pembelajarannya. 

Dan pada tahap akhir guru menulis modul dari mulai menggunakan bahasa 
yang komunikatif, sangat disarankan dilengkapi dengan ilustrasi, gambar, grafik, contoh-contoh dengan jumlah dan bentuk yang proporsional.

Selain sangat bermanfaat dalam proses pembelajaran di masa seperti ini, menyusun modul juga menghasilkan angka kredit bagi guru penyusunnya dalam rangka pengembangan keprofesian berkelanjutan. 

Angka kredit modul yang sudah disusun beragam tergantung pada ruang lingkup pemakaian modul tersebut. Apakah modul tersebut dipakai pada tingkat provinsi, 
tingkat kabupaten/kota atau hanya dipakai pada satuan pendidikan, di sekolahnya saja? 

Modul yang dipakai pada tingkat provinsi dan dilengkapi dengan surat pengesahan dinas pendidikan provinsi mendapatkan angka kredit 1,5.

Modul yang dipakai pada tingkat 
kabupaten/kota dan dilengkapi surat pengesahan dari dinas/suku dinas pendidikan kabupaten/kota mendapatkan angka kredit 1.

Dan modul yang hanya dipakai pada satuan pendidikan dan mendapat surat pengesahan dari kepala sekolah mendapatkan angka kredit 0,5.

Setelah modul ini selesai, maka jurus dalam bentuk modul ini siap digunakan untuk menghadapi serbuan omicron yang hendak mengacaukan pembelajaran peserta didik kita. 

Dengan modul, pembelajaran kita akan lebih adaptif dan efektif serta guru pun memperoleh manfaat berupa angka kredit pengembangan keprofesian berkelanjutan guru.


Kolom netizen >>>

Buka kolom netizen

Lentera Islam


"Jika engkau mengikuti (kemauan) kebanyakan orang (kafir) di bumi ini (dalam urusan agama), niscaya mereka akan menyesatkan dari jalan Allah. Mereka hanya mengikuti persangkaan belaka dan mereka hanyalah kebohongan" (Q.S Al-An'am Ayat 116)

Berita Terbaru

infrastruktur

+