Iklan

Kanal Video

Sunda Kuno di Film Mantra Surugana

Minggu, 30 Juli 2023


Progresif.id - Film Mantra Surugana  berkaitan dengan warisan Sunda kuno, film ini mengangkat mantra Sunda dalam tradisi naskah lama., ekspresi mantra diucapkan dalam bahasa Sunda kuno yang digunakan 5 abad silam. 


Mantra Sunda dipandang sebagai dokumen dan kearifan lokal budaya Sunda, pengamal mantra atau orang yang mengucapkan dan mengamalkan mantra tersebut menjadi suatu tujuan tertentu, beranggapan membaca nantra sama dengan membaca doa. 


Pada dasarnya, mantra adalah ekspresi doa  yang digunakan untuk suatu tujuan baik,  teks-teks Sunda klasik menyiratkan, umumnya mantra digunakan untuk kebaikan, kesejahteraan, kesuburan dan kedamaian.


Mantra digunakan untuk menolak bala dan mara bahaya dalam upacara ruwatan. Maka, sejak zaman Sunda kuno, laku ruwatan telah dilakukan untuk membersihkan lahan dari pengaruh buruk makhluk-makhluk jahat dan pengganggu.


Ruwatan itu diantaranya udubasu, kalabuat, pulunggana dan surugana, tapi ada juga yang menggunakannya untuk tujuan jahat untuk mencelakakan manusia.


Seiring berkembangnya kebudayaan Sunda, mantra bertransformasi dalam setiap zaman dan tetap eksis hingga saat ini di tengah masyarakat Sunda. 


Rajah, jangjawokan, asihan, adalah sebagian bentuk lain dari ungkapan mantra yang mengikuti konteks penyesuaian zaman dan penggunaannya di masyarakat. 


Mantra disebut dalam bentuk ungkapan bahasa, istilah dan unsur kesakralannya, tapi   selalu ada benang merah yang terbentang dari masa lalu hingga masa kini.


Kajian struktur dan makna mantra telah mampu menguak eksistensi dan fungsi mantra dalam upaya mengungkap baik dan buruknya penggunaan mantra. 


Mantra layak disikapi secara bijak agar pengamal dan masyarakat awam dapat hidup berdampingan, selaras dan harmonis, sebab mantra menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat Sunda.


Naskah-naskah Sunda buhun kuno termasuk salah satu unsur budaya yang erat kaitannya dengan kehidupan sosial budaya masyarakat, yang melahirkan dan mendukungnya, yang tertulis pada daun lontar, gebang, belahan bambu dan kulit kayu atau daluang.


Secara umum, isinya mengungkapkan peristiwa masa lampau yang menyiratkan aspek kehidupan masyarakat, terutama aspek sosial dan budaya.


Di Film Mantra Surugana menceritakan, tentang bangkitnya sosok iblis lewat mantra dan kutukan yang menghantui Tantri di sebuah asrama.


Tantri menemukan hubungan mengerikan dengan mantra dan kutukan di masa lalunya,  mantra dan kutukan itu membangkitkan Iblis Surugana yang meminta korban nyawa.

Kolom netizen >>>

Buka kolom netizen

Lentera Islam


"Jika engkau mengikuti (kemauan) kebanyakan orang (kafir) di bumi ini (dalam urusan agama), niscaya mereka akan menyesatkan dari jalan Allah. Mereka hanya mengikuti persangkaan belaka dan mereka hanyalah kebohongan" (Q.S Al-An'am Ayat 116)

Berita Terbaru

infrastruktur

+