Iklan

Kanal Video

Belajar dari Nabi, Kemana Kita Berpihak di Pemilu 2024?

Kamis, 25 Januari 2024

 

Ilustrasi azab Allah SWT.


Progresif .id - Ustadz Abdul Somad bertanya kepada jamaahnya, andai jamaahnya saat ini hidup di zaman Fir'aun, kira-kira akan menjadi pengikut Fir'aun atau Nabi Musa as?


Sontak jamaah menjawab, Nabi Musa yang akan diikuti, tetapi jawaban itu tidak membuat Ustadz Abdul Somad puas.


Justru, Ustadz Abdul Somad kembali mencecar jamaah dengan beberapa pertanyaan dan realita yang terjadi pada masa kenabian dan jaman 'now'.


"Yakin?" tanya Ustadz Abdul Somad kepada jamaahnya.


"Yakiiin!" jawab jamaah.


Kemudian Ustadz Abdul Somad membeberkan fakta kepemimpinan Fir'aun yang terbukti sudah membangun kota Mesir. 


Tak hanya itu, Fir'aun juga sudah membangun infrastruktur, piramida, raja kaya, punya banyak bala tentara, dia kuat dan banyak pengikut.


Raja ini juga memberikan perlindungan dan jaminan bagi rakyatnya, paling berkuasa, menyediakan makan dan minum, menyediakan hiburan, juga membuat pusat perbelanjaan.


"Bahkan, jika teknologi sudah ada, mungkin dia bisa membuat Kartu Mesir Sehat dan Kartu Mesir Pintar," tandas Ustadz Abdul Somad.


Sedangkan, lanjut Ustadz Abdul Somad, Nabi Musa, siapa dia, hanya seorang pengembala kambing, bicara saja tidak fasih, karena lidahnya pernah terbakar memakan bara api waktu kecil, tidak punya harta seperti Fir'aun, hanya memiliki sebatang tongkat butut.


"Masih yakin mau ikut Nabi Musa?" tanya Ustadz Abdul Somad.


Mendengar hal itu, jamaah terdiam, sebab yang dikatakan Ustadz Abdul Somad sangat logis, para jamaah hanya bisa saling memandang sesama jamaah lainnya.


Dijelaskan Ustadz Abdul Somad, sesungguhnya manusia zaman Firaun dan zaman sekarang, tidak ada bedanya. 


Di zaman sekarang ini, mayoritas tergila-gila pada harta, wanita, pangkat, jabatan, pujian, rayuan, cinta materi, 'Al Wahn' atau cinta keduniawian.


Sungguh, Fir'aun itu akan tetap ada hingga akhir zaman, hanya saja berubah wajah dan bentuknya, juga namanya.


Namun, secara hakikat dia akan terus ada, sebab sejarah akan berulang dan umat muslim harus tetap yakin seyakinnya 'biidznillah', Fir'aun dikalahkan Nabi Musa, karena kuasa Allah Azza Wa Jalla.


"Siapapun yang akan jadi pemimpin itu sudah menjadi takdir. Sudah tertulis di Lauhul Mahfudz, tetapi Allah SWT akan mencatat dimana kita berpihak," kata Ustadz Abdul Somad.


Belajar dari cicak dan burung pipit


Dahulu saat Nabi Ibrahim Alaihi Salam dibakar  Raja Namrud, datanglah burung pipit yang bolak balik mengambil air dan meneteskan air itu di atas api yang membakar Nabi Ibrahim.


Cicak yang melihatnya menertawakan burung pipit, cecak menganggap perbuatan burung pipit ini sesuatu yang bodoh dilakukan.


Cecak mencemooh burung pipit, sebab paruh burung yang kecil itu hanya bisa menghasilkan beberapa tetes air saja, tidak akan bisa memadamkan api yang besar.


Namun, burung kecil ini menjawab, dia memang tidak mungkin memadamkan api yang besar itu, tapi dia tidak ingin dilihat Allah SWT hanya berdiam diri menyaksikan nabi dibakar.


Burung pipit juga sudah tahu, tidak bakal bisa memadamkan api yang sangat besar, tapi setidaknya Allah SWT melihat keberpihakannya  kepada Nabi Ibrahim.


"Allah akan melihat, di mana aku berpihak," kata burung pipit kepada cicak.


Cicak malah terus tertawa, sambil menjulurkan lidahnya ia berusaha meniup api yang membakar  Nabi Ibrahim, agar cepat membesar.


Memang tiupan cicak tak ada artinya, tidak akan menambah besar api yang membakar Nabi Ibrahim, tetapi Allah melihat dimana cicak berpihak.


Hikayat ini terjadi sekarang dan akan terus berulang, saat Al-Qur'an dinistakan, suara Azan dipermasalahkan, bendera tauhid dibakar dan pembela agama dikriminalisasi.


Memang, pilihan seseorang tidak akan mengubah sedikitpun takdir Allah, tapi Allah akan mencatat keberpihakan seseorang, sebab segala pilihan seseorang akan diminta pertanggungjawabannya kelak di akhirat.

Kolom netizen >>>

Buka kolom netizen

Lentera Islam


"Jika engkau mengikuti (kemauan) kebanyakan orang (kafir) di bumi ini (dalam urusan agama), niscaya mereka akan menyesatkan dari jalan Allah. Mereka hanya mengikuti persangkaan belaka dan mereka hanyalah kebohongan" (Q.S Al-An'am Ayat 116)

Berita Terbaru

infrastruktur

+